Sejarah Desa

              Tidak dijumpai data tertulis tentang sejarah/ asal usul Desa Danaraja. Demikian pula sulit mencari narasumber yang berupa tokoh-tokoh sepuh yang sekiranya mencoba menelusuri/ menggali dengan mengadakan wawancara dengan tokoh sepuh dan cerita tutur yang berkembang di masyarakat.

              Tersebutlah Kadipaten Banyumas yang merupakan bawahan dari Kerajaan Mataram yang berpusat di Jogjakarta. Sesuai dengan aturan saat itu, setiap pemerintahan bawahan dari sebuah kerajaan setiap tahun memberikan upeti (pajak) kepada pemerintah pusat (kerajaan), tak terkecuali Kadipaten Banyumas memberikan upeti kepada Raja Mataram. Namun utusan pembawa upeti dari Kadipaten Banyumas ke pusat Pemerintahan di Jogjakarta selalu terkendala adanya perampok/ begal di perjalanan, sehingga upeti tidak sampai tujuan. Muncullah tokoh bernama “Ki Tawekal”. Tokoh sakti salah seorang punggawa Kadipaten Banyumas (masih kepernah ponakan dari abdi dalem Kepatihan) yang sanggup dan berhasil mengantar upeti ke Jogjakarta dengan selamat dalam jangka waktu yang sangat cepat, yaitu tidak sampai satu hari. Sebagai penghargaan atas keberhasilan tersebut Raja memberikan hadiah (dana) ke Ki Tawekal berupa “sebidang tanah”. “Mbesuk ana rejaning jaman tanah kiye tek jenengi Danaraja (hadiah dari raja)”.

              Dalam perkembangannya Danaraja menjadi sebuah desa, sayangnya tidak dijumpai data tentang Hari Jadi Desa Danaraja dan Pemimpin (lurah) yang pertama kali menjabat. Kami memperoleh informasi beberapa Kepala Desa yang dapat direkam sebagai berikut :

  • SAWITANA

Pak Sawitana menjadi lurah melalui pemilihan langsung dengan cara “Tawonan”, yaitu pemilih berdiri di belakang calon. Pemenang adalah calon yang mendapatkan paling banyak pemilih yang berdiri di belakangnya.

  • POERWAWIDJAJA (Penatus pada zaman Belanda)

Jabatan penatus adalah pengangkatan/ pemberian dari Pemerintah Hindia Belanda. Beliau dimakamkan di Makam Depok, terletak di sebelah utara petilasan Mbah Nurdaiman.

  • SUPYAN ATMOWIKARTO (Lurah pada zaman Jepang)
  • SANNGUMAR (Lurah zaman sudah merdeka)

Pak Sanngumar menjadi kades sudah melalui pemilihan langsung dengan cara bitingan yaitu pemilih memasukkan biting ke dalam bumbung milik calon.

  • SUBAGYO

Sebelum memangku jabatan Kepala Desa, Pak Subagyo adalah carik dari Kades Sanngumar.

  • Kartiker tahun 1976 – 1980.
  • Kades masa jabatan I tahun 1980 – 1990
  • Kades masa jabatan II tahun 1990 – 1998
  • SUSANTI (Kades masa jabatan tahun 1998 – 2006 )
  • SAPAR SASTROWIHARJO mulai menjabat tahun 2007 sampai dengan sekarang

 

BALAI DESA DANARAJA

Balai Desa Danaraja pertama kali berdiri pada tahun sebelum 1966, yaitu pada masa pemerintahan Lurah Sanngumar berupa bangunan rumah kayu (jati) dibeli dari daerah Wangon. Sebelum Pemerintahan Sanngumar belum pernah ada balai desa. Kegiatan pemerintahan hanya berpusat di Kantor Desa. Balai desa yang ke dua bangunan gedung dengan ukuran 8 m x 18 m, dikerjakan KPD (Kader Pembangunan Desa). Balai desa ketiga dibangun pada tahun 2009 untuk menggantikan balai desa ke dua dengan diperluas menjadi 21 m x 10 m dengan tinggi 6 m sehingga dapat digunakan untuk badminton.

  

BEBERAPA TEMPAT YANG MEMPUNYAI SEJARAH

  • CAGER CALUNG

Berupa “pertabatan” terletak di bagian paling selatan dan merupakan puncak tertinggi Desa Danaraja. Cager Calung merupakan titik batas antara Danaraja – Kejawar – Tanggeran. Konon Ki Braja Wengi, seorang sakti tapi sering membuat onar/ keributan dan tidak ada yang mampu menandingi. Muncullah tokoh Ki Soma yang berbadan besar sehingga disebut Ki Somagede. Ki Braja Wengi akhirnya dikalahkan oleh Ki Somagede (teman seperguruan Ki Braja Wengi) dibunuh/ dipenggal dan darahnya ditampung dalam bumbung dan diceger-cegerkan (tancapkan) di situ, sehingga disebut Cager Calung. Salah satu bumbung tersebut ada yang rubuh kea rah barat laut dan tumpahan darahnya mengalir ke bawah pohon Pelas menjadi sumber mata air “Pelas” yang airnya bening dan tidak pernah kering. (Apakah Ki Somagede yang menjadi pembunuh Ki Braja Wengi merupakan cikal bakal Desa Somagede, Wallahu Alam)

 

  • GRUMBUL PESETRAN

Terletak di sebelah barat daya Desa Danaraja berbatasan dengan Grumbul Kalikunir (Kejawar). Konon pada saat blabur Banyumas, di wilayah tersebut terdapat pusaran air sehingga sampah-sampah mengumpul/ menumpuk, termasuk jenazah yang banyak dan tidak sempat dimakamkan, tapi hanya dijejer-jejer/ disetrakan. Sehingga disebut “Pesetran”. Sekarang pesetran menjadi grubul dengan perumahan pada penduduk dan bagian dari wilayah RT 01 RW 01 Desa Danaraja.

 

  • BEJI

Sejak dulu terdapat sumber mata air yang cukup bagus, airnya jernih dengan debit yang cukup besar dan tidak pernah kering, sehingga apda zaman dahulu pernah dibangun “KUPEL” (Tempat pemandian pejabat). Sisa kejayaan keberadaan kupel tersebut adalah pernah adanya pemilikan tanah yang disebut “Tanah Kepatihan”.

Sekarang keberadaan sumber mata air Beji, dibangun/ digunakan untuk Program PAMSIMAS dengan cara memompa air dan menaikkan/ mengalirkan ke atas (selatan Makam Depok) ditampung dalam Ground Tank untuk kemudian dialirkan ke rumah-rumah. Saat ini jumlah rumah yang mendapat aliran dari Pamsimas I sebanyak 51 rumah sehingga masalah kekurangan air di musim kemarau dapat diatasi.

 

  • MAKAM DEPOK

Makam Depok merupakan peristirahatan Mbah Nurdiman, salah seorang pekerja yang sedang membangun Jembatan Sogati. Setiap hari Mbah Nurdiman istirahat (ndeprok) di situ, sehingga disebut DEPOK.

Makam Depok tersebut merupakan petilasan Mbah Nurdiman dibangun pecirah/ tungkeb yang berada di dalam cungkup.

Di samping menampung pemakaman penduduk Desa Danaraja, makam Depok juga sering digunakan oleh warga sekitar Desa Danaraja, antara lain dari Desa Kedunguter dan Desa Sudagaran. Sayangnya penempatan pecirah tampak kurang teratur, karena saat pemakaman tidak lurus dan adanya erosi serta pengaruh akar-akar pohon. Sulit untuk menata makam Depok agar dapat teratur. Saat ini makam Depok penuh dengan pohon jati sehingga makam Depok juga dapat menyumbang kayu jati untuk pembangunan di Desa Danaraja.